Sabtu, 04 Juli 2020

INVESTIGASI PENGADAAN dan COMPUTER FORENSIC

Nama  : Reynaldo Desta
NPM   : 26216245
Kelas   : 4EB06
Tugas  : V-Class Minggu ke 14

1.      Pengadaan  merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam sektor keuangan publik. Setiap tahun, BPK dan BPKP melaporkan kasus pengadaan yang mengandung unsur tindak pidana korupsi. Tidak banyak yang masuk ke persidangan pengadilan, hanya 30% yang diselesaikan.
Faktor Penyebab Kerangka Akuntabilitas Untuk Pengadaan Barang Gagal
a.      Kerangka hukum cacat
Keppres ( UU No.18/2000 ) mempunyai kelemahan-kelemahan lain yang berupa memungkinkan kebijaksanaan cukup besar untuk meghindari pengadaan kompetitif melaluli “belanja’’serta “pengontrakan langsung’’, tidak mewajibkan lelang dan pemberian kontrak yang dipublikasikan secara luasa, gagal mengunci prosedur-prosedur bagi penawar yang kecewa untuk mendaftarkan keluhan, dan tidak mewajibkan sanksi-sanksi wajib terhadap perusahaan –perusahaan yang ditemukan terlibat dalam kolusi atau mal praktik lainya.

b.      Pemerintah tidak terorganisasi untuk menangani pengadaan
Pemerintah tidak mempunyai badan yang jelas harus tanggung jawab untuk kebijakan dan pematuhan pengadaan publik.pengadaan itu sendiri terutama dikelola oleh manajemen proyek (pimpro).

c.       Insentif-insentif terdistorsi
Akibat pamong praja yang dikelola dengan buruk dan peradilan yang lemah, kerangka insentif melenceng  jauh sehingga tidak ada imbalan untuk efisiensi dan kejujuran dan tidak ada hukuman untuk korupsi. Baik pimpro maupun anggota panitia lelang menghadapi insentif-insentif kuat untuk berpatisipasi dalam korupsi dan kolusi.

d.      Pengadaan dilakukan dibalik pintu tertutup
Sebagian besar proses tersebut berlangsung dibalik pintu tertutup. Hasil-hasil penawaran berikut pembenaran yang sesuai dengan pemenangan penawaran tidak diumumkan.

e.       Pengauditan lemah
Auditor pemerintah kurang mengenal aturan dan prinsip pengadaan. Keengganan untuk menerapkan sanksi-sanksi administratif terhadap pegawai negri yang ketahuan berkolusi dengan lingkaran-lingkaran penawar berarti bahwa secara efektif tidak ada mekanisme penegakan.

2.      Tiga ( 3 ) Langkah Utama Dalam Computer Forensic
·         Imaging
Proses forensik umumnya meliputi penyitaan, forensic imaging (akuisisi) dan analisis media digital dan penyusunan laporan berdasarkan bukti yang dikumpulkan.
Selain mengidentifikasi bukti langsung sebuah kejahatan, forensik digital dapat digunakan untuk mengkonfirmasi hubungan antara tersangka dan kasus tertentu, mengkonfirmasi alibi-alibi atau pernyataan-pernyataannya, untuk memahami niat, mengidentifikasi sumber (misalnya, dalam kasus sengketa hak cipta), atau mengotentikasi dokumen-dokumen. Ruang lingkup investigasi forensik digital lebih luas dari pada bidang pengetahuan forensik lainnya (di mana sebagian besar ilmu forensik lain dirancang untuk menjawab pertanyaan yang relatif sederhana), sering melibatkan garis waktu atau hipotesis yang kompleks.

·         Processing
Model proses umum respon insiden dan forensik komputer merupakan model proses baru yang diajukan untuk menginvestigasi insiden keamanan komputer. Model proses ini menggabungkan konsep responinsiden dan forensik komputer untuk meningkatkan keseluruhan proses investigasi. Model proses ini terdiri atas tiga tahap utama, yaitu praanalisis, analisis, dan pascaanalisis.

·         Analyzing
Tahap praanalisister diri atas semua langkah dan kegiatan yang dilakukan sebelum memulai analisis yang sesungguhnya. Langkah-langkah yang dimaksud adalah melakukan persiapan prainsiden, mendeteksi insiden, memberi responawal, dan menyusun strategi respon. Setelah tahap praanalisis selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah tahap analisis. Tahap analisis terdiri atas enam langkah, yaitu:
1.     Live response, yaitu mengumpulkan data dari sistem komputer yang masih hidup sehingga data yang bersifat volatile dapat diperoleh
2. Duplikasi forensik, yaitu mendapatkan salinan eksak (image) dari semua media penyimpanan terkait dengan insiden
3.     Pemulihan data, yaitu memulihkan data yang telah terhapus, rusak, tersembunyi, atau yang tidak dapat diakses dalam image sistem berkas.
4.      Harvesting, yaitu mengumpulkan metadata.
5.     Reduction & organization, yaitu menghapus semua data yang tidak terkait dengan insiden dan mengatur data supaya dicari dengan efisien.

6.    Analisis, yaitu melakukan analisis yang sesungguhnya terhadap data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya. Setelah tahapan alisis selesai dilakukan, investigasi dilanjutkan ketahap pasca analisis. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah membuat laporan dan memberikan resolusi atas insiden yang terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar