Nama : Reynaldo Desta
NPM : 26216245
Kelas : 4EB06
Tugas : V-Class Minggu ke 14
1.
Pengadaan
merupakan salah satu sumber korupsi
terbesar dalam sektor keuangan publik. Setiap tahun, BPK dan BPKP melaporkan
kasus pengadaan yang mengandung unsur tindak pidana korupsi. Tidak banyak yang
masuk ke persidangan pengadilan, hanya 30% yang diselesaikan.
Faktor
Penyebab Kerangka Akuntabilitas Untuk Pengadaan Barang Gagal
a.
Kerangka
hukum cacat
Keppres
( UU No.18/2000 ) mempunyai kelemahan-kelemahan lain yang berupa memungkinkan
kebijaksanaan cukup besar untuk meghindari pengadaan kompetitif melaluli
“belanja’’serta “pengontrakan langsung’’, tidak mewajibkan lelang dan pemberian
kontrak yang dipublikasikan secara luasa, gagal mengunci prosedur-prosedur bagi
penawar yang kecewa untuk mendaftarkan keluhan, dan tidak mewajibkan
sanksi-sanksi wajib terhadap perusahaan –perusahaan yang ditemukan terlibat
dalam kolusi atau mal praktik lainya.
b.
Pemerintah
tidak terorganisasi untuk menangani pengadaan
Pemerintah tidak
mempunyai badan yang jelas harus tanggung jawab untuk kebijakan dan pematuhan
pengadaan publik.pengadaan itu sendiri terutama dikelola oleh manajemen proyek
(pimpro).
c.
Insentif-insentif
terdistorsi
Akibat
pamong praja yang dikelola dengan buruk dan peradilan yang lemah, kerangka
insentif melenceng jauh sehingga tidak
ada imbalan untuk efisiensi dan kejujuran dan tidak ada hukuman untuk korupsi.
Baik pimpro maupun anggota panitia lelang menghadapi insentif-insentif kuat
untuk berpatisipasi dalam korupsi dan kolusi.
d.
Pengadaan
dilakukan dibalik pintu tertutup
Sebagian
besar proses tersebut berlangsung dibalik pintu tertutup. Hasil-hasil penawaran
berikut pembenaran yang sesuai dengan pemenangan penawaran tidak diumumkan.
e.
Pengauditan
lemah
Auditor
pemerintah kurang mengenal aturan dan prinsip pengadaan. Keengganan untuk
menerapkan sanksi-sanksi administratif terhadap pegawai negri yang ketahuan
berkolusi dengan lingkaran-lingkaran penawar berarti bahwa secara efektif tidak
ada mekanisme penegakan.
2.
Tiga ( 3
)
Langkah
Utama Dalam Computer Forensic
·
Imaging
Proses
forensik umumnya meliputi penyitaan, forensic imaging (akuisisi)
dan analisis
media digital dan penyusunan laporan berdasarkan bukti yang dikumpulkan.
Selain
mengidentifikasi bukti langsung sebuah kejahatan, forensik digital dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi hubungan antara tersangka dan kasus tertentu,
mengkonfirmasi alibi-alibi atau pernyataan-pernyataannya, untuk memahami niat, mengidentifikasi sumber (misalnya,
dalam kasus sengketa hak cipta), atau mengotentikasi dokumen-dokumen. Ruang lingkup investigasi forensik digital lebih luas dari pada bidang pengetahuan forensik lainnya (di mana
sebagian besar ilmu forensik lain dirancang untuk menjawab pertanyaan yang relatif sederhana), sering melibatkan garis waktu atau hipotesis yang
kompleks.
·
Processing
Model
proses umum respon insiden dan forensik komputer merupakan model proses baru
yang diajukan untuk menginvestigasi
insiden keamanan komputer. Model proses
ini menggabungkan konsep responinsiden dan forensik komputer untuk meningkatkan keseluruhan proses
investigasi. Model proses ini
terdiri atas tiga tahap utama, yaitu praanalisis, analisis,
dan pascaanalisis.
·
Analyzing
Tahap praanalisister diri atas semua langkah dan kegiatan yang dilakukan sebelum memulai analisis yang
sesungguhnya. Langkah-langkah
yang dimaksud adalah melakukan persiapan prainsiden, mendeteksi insiden, memberi responawal, dan menyusun strategi respon. Setelah tahap praanalisis selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah tahap analisis. Tahap analisis terdiri atas enam langkah, yaitu:
1. Live
response, yaitu mengumpulkan data dari sistem komputer yang masih hidup
sehingga data yang bersifat volatile dapat diperoleh
2. Duplikasi
forensik, yaitu mendapatkan salinan eksak (image) dari semua media penyimpanan
terkait dengan insiden
3. Pemulihan
data, yaitu memulihkan data yang telah terhapus, rusak, tersembunyi, atau yang
tidak dapat diakses dalam image sistem berkas.
4. Harvesting,
yaitu mengumpulkan metadata.
5. Reduction
& organization, yaitu menghapus semua data yang tidak terkait dengan
insiden dan mengatur data
supaya dicari dengan efisien.
6. Analisis,
yaitu melakukan analisis yang sesungguhnya terhadap data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya. Setelah tahapan alisis selesai dilakukan, investigasi dilanjutkan ketahap pasca analisis.
Langkah-langkah yang dilakukan
pada tahap ini adalah membuat laporan dan memberikan resolusi atas insiden yang terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar